Senin, 08 Oktober 2012

Rainbow After the Rain

Pagi yang kelam menampakkan dirinya
Seolah pertanda inilah hariku untuknya
Mungkin ini penuaian atas aku terhadapnya
Hingga malam menjelang ku tak tersenyum kepadanya

Kini ku mencoba lebih berkata
Memberanikan diri menyapa dia
Tapi apa mau dikata
Mungkin hatinya telah terluka

Aku bagai awan yang tanpa arah
Mencoba menangkap yang tak terjamah
Kini ku mencoba tertawa
Menutup hati yang gundah gulana

Ah, apa ku masih pantas untuknya
Yang selalu membuat sedih dirinya
Hingga hari baru menyapa dirinya
Ku masih berharap disambut oleh senyumnya

Ketika Rasa Kehilangan itu Telah Hilang

Suatu hari Desy Indrawati mengirimkan kutipan artikel tentang rasa kehilangan, mungkin ini yang sedang terjadi pada diri saya. Tanpa disadari, dan semakin di kenang rasa itu semakin menyesakkan. Bukan maksud untuk pamer kesedihan, tapi sedikit berbagi yang mungkin kita tidak berpikir untuk kehilangan apa yang kita punya. Dan mungkin ini merupakan bahan pembelajaran saya atau mungkin kalian untuk lebih aware terhadap apa-apa yang saya atau kalian miliki. Bukan isi atau apa yang disesalkan, tapi kenangan yang ada didalamnya membuat saya seakan atau seolah saya membuangnya. Tidak ada niatan untuk tidak mempedulikan. Saya sudah gunakan saja mengartikan bahwa saya masih menjaganya masih ingin mengingat banyak kenangan dengannya, walau ada yang baru yang lebih bagus. Tapi apa boleh buat, kehilangan itu membuatku menjadi pribadi yang tak bisa berpegang arah hari ini. Tetapi untungnya saya tidak kehilangan "rasa kehilangan" itu. Seperti artikel di bawah ini yang di share di Facebook saya.
 
>>Semua orang, sebahagia apapun hidupnya, manusiawi jika pernah sekali, dua kali, bahkan lebih mengalami kehilangan yang menyakitkan.

Ada yang kehilangan harta kesayangan, seperti dompet, HP, kamera, motor, mobil, kucing, bunga. Ada yang kehilangan dokumen, macam KTP, passport, surat nikah, surat cerai. Ada yang kehilangan anggota keluarga, seperti ayah, ibu, suami, istr
i, adik, kakak, teman. Ada yang kehilangan sesuatu yang lebih susah dijelaskan, seperti cinta, ketenangan, kenyamanan, harga diri, reputasi.

Apapun bentuknya, kehilangan itu selalu kongkret, mulai dari secara fisik memang tidak ada lagi. Menatap ruangan kosong tempat benda itu dulu berada. Menatap kamar kosong tempat seseorang itu dulu sering bersenda-gurau. Hingga secara jiwa, hati yg nelangsa, perasaan yg kosong, posisi yg tidak lg dihargai, sehingga menimbulkan rindu, marah, sedih, menangis, dsbgnya....

Lantas, sepanjang hidup kalian selama ini, kawan. Kehilangan apakah yg membuat kalian merasa begitu sedih? Mari tepekur sejenak, mengingat2. Lantas sebutkan dalam hati, kehilangan apa yang paling membuat kalian sedih? Jika tidak ada, maka mari kita rubah pertanyaannya: kehilangan apakah yg paling kalian takutkan di masa depan??

Karena saya punya satu, di antara kehilangan HP, kehilangan kamera, dokumen, cinta, nama baik, ayah, teman terbaik, dan sebagainya, saya ternyata memiliki sebuah kehilangan yg amat menyesakkan, belum terjadi (atau jangan2 sudah terjadi); yang membuat saya takut sekali, bukan, tentu saja bukan kehilangan yg lazim, yang biasa... saya sungguh takut kehilangan "kehilangan"... kehilangan perasaan "kehilangan" itu sendiri...

Tidak mengerti? Sama saya juga awalnya tidak mengerti kalimat aneh (meski bijak ini); membuat saya berpikir lama. padahal sejatinya, banyak sekali orang yg tidak tahu, tidak sadar, kalau dia sebenarnya telah: kehilangan perasaan "kehilangan" tersebut... tidak peduli; merasa semua baik2 saja.

Kita kehilangan momen-moment indah bersama keluarga, kasih-sayang kepada orang-tua, kedekatan. Sibuk dengan hidup, rutinitas, dan teman-teman baru yang boleh jadi itu tidak hakiki. Kehilangan saat-saat menyenangkan saat bicara dengan ayah, ibu, adik, kakak, bercengkerama., kita sesungguh kehilangan, tapi tidak tahu kalau kita telah kehilangan perasaan "kehilangan" tersebut.
Kita kehilangan menikmati setiap detik nikmat hidup yg diberikan... setiap tarikan nafas... berdirilah di busway, atau bus2... ketika pagi tiba, tataplah deretan gedung2 tinggi.... apakah akan kita biarkan rutinitas menikam waktu, membiarkan kita tdk peduli ternyata betapa indahnya siluet dinding2 beton berlapis kaca... menatap aktivitas pengamen.. tukang asongan... kondektur yg membunyikan kerenceng uang logam di tangannya... tersenyum kepada orang di sebelah kita... kita tahu persis semua itu luar-biasa.. tp kita membiarkannya hilang.. kita kehilangan perasaan "kehilangan"...

Dan di atas segalanya... ya Allah.. jangan sampai hamba tidak menyadari kalau hamba telah kehilangan perasaan kehilangan atas kasih-sayangMu... ber-barel2 nikmat dariMu... shalat wajib hanya menggunakan sisa2 waktu... itu pun dengan gerakan2 cepat... apalagi shalat malam yg harganya jika ditimbang setara langit dan bumi.. menangis saat mengharap ridhaMu...

Ya Allah, sejatinya kami kehilangan itu semua... tapi yang lebih menyedihkan lagi.. kami sungguh tidak merasa kalau kami telah kehilangan perasaan "kehilangan" hal2 tersebut...

repost dr MP 11 Juni 2008 (4 tahun silam; dan tetap sj notes ini relevan dgn saya) <<