Selasa, 14 Februari 2012

Senyum Matahari

Pagi yang indah disambut dengan senyum yang menawan, itulah menggambarkan keadaan hari ini yang terlukis di bola mata saya. Berangkat kerja jam 07.05 menuju Jakarta Pusat, berarti dari rumah saya menuju ke arah timur. Dimana matahari sedang tersenyum lega, pancarannya sungguh menghangatkan kulit dan jiwa ini. Menyinari bumi yang luas, menyinari hati yang kelam, menyinari kehidupan kita. Menyinari dan tidak membuat kita sesak dan kepanasan akan pancaran sinarnya hari ini. Selain matahari yang menyambutku hangat pagi ini, senyum dari Bapak Setiadi membuat jiwa ini tenang. Kenapa demikian? semenjak saya balik dari meeting Magelang dan Jogja. Saya jadi merasa kagum akan sosok beliau, dimana beliau begitu mengayomi kami para anak muda. Beliau tampak sederhana dan beliau terlihat sangat bijaksana, sosok itu sangat cocok untuk beliau. Yang sejak awal saya sudah bisa membaca sikapnya. Tetapi rasa kagum ini bertambah semenjak kebalikan saya dari Jogja. Bersama istrinya beliau melepas keberangkatan saya kembali menuju Jakarta di gelapnya malam. Dan senyum pengantar itu masih teringat jelas di mata dan memory saya. Senyum itu yang membuat saya semangat untuk melakukan segala aktivitas kantor saya yang volume nya banyak. Senyum itu yang membuat saya bangkit apabila saya putus asa di tengah tugas saya. Senyum itu yang saya nantikan di setiap pagi untuk membangkitkan semangat saya. Senyum dan ucapan terima kasih dari nya membuat saya semakin bersemangat untuk menjadi pribadi yang memiliki loyalitas dalam pekerjaan saya.

Kita bekerja harus punya loyalitas yang tinggi terhadap tanggung jawab yang kita emban. Dari pertemuan yang team kami lakukan kemarin, saya mendapatkan tiga pesan yang bermoral untuk kita sebagai anak muda yang masih labil tanamkan,
pertama, sebagai pekerja kita harus menanamkan sikap jujur, dimana kita harus jujur dengan apa yang kita lakukan, tugas belum selesai maka bilang belum selesai dan laporkan apa adanya.
kedua, niatkan kita pergi keluar rumah dari pagi untuk bekerja, tidak main-main seperti anak-anak SMA yang jiwanya masih ingin banyak bermain.
ketiga, disiplin waktu. Disiplin waktu memang sangat penting baik di dunia kerja maupun dimana saja. Disiplin waktu ini mengukur kita sejauh mana keseriusan kita terhadap apa yang kita kerjakan. Waktunya kerja maka gunakan waktu itu bekerja, waktunya istirahat maka gunakan untuk istirahat. Tidak menggunakan waktu kerja untuk bermain ataupun sebaliknya.
Nah, dari ketiga pesan itu saya pun jadi terpacu untuk menjadi pribadi yang tangguh, melakukan segala hal dengan sebaik-baiknya, semampu saya yang bisa saya lakukan. Be the best, Do the best, and For the best. Kunci kebahagiaan terletak tidak pada kita mengerjakan hal yang kita senangi, melainkan kita menyenangi hal yang kita kerjakan. Selamat bekerja kawan, senyum semangat untuk kalian. Kerja ikhlas tanamkanlah pada diri kalian, agar semuanya merasa menjadi lebih ringan. Selamat mencoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar